Amer Muamar/Sekretaris DPC PKB Tebo. (22/05/2022). |
TEBONETIZEN.COM, - Hari ini (22 Mei 2022) merupakan hari terakhir masa jabatan tiga bupati (Tebo, Sarolangun, dan Muarojambi). Kemendagri kabarnya sudah menyerahkan Surat Keputusan (SK) nama-nama Penjabat di tiga daerah tersebut untuk meneruskan estafet kepemimpinan hingga 2024 mendatang.
Bupati-Wakil Bupati Tebo, Sukandar-Syahlan, beberapa waktu belakangan sudah melakukan safari dengan seluruh jajarannya di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tebo. Dilengkapi dengan spanduk bertuliskan "Kami Mohon Pamit dan Undur Diri" sebagai tanda perpisahan.
Perpisahan sejatinya bukanlah akhir dari segala-galanya. Segala yang terkesan akan tetap tinggal dan membekas di hati masyarakat. Sementara yang pergi hanyalah masa atau periodesasi kepemimpinan.
Selama dua periode dari tahun 2011-2016 dan 2017-2022 menjadi Bupati Tebo, tentu ada capaian yang berhasil dilakukan. Namun ada pula yang tidak atau belum berhasil direalisasikan. Hal yang lazim mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi.
Yang berhasil akan tertulis menjadi tinta emas dan kenangan yang indah buat sang kepala daerah. Sementara yang tidak atau belum berhasil, akan dihitung sebagai hutang janji.
Tolok ukur keberhasilan seorang pemimpin dapat dilihat dari sejauh mana keberhasilannya dalam merealisasikan janji-janji politiknya. Dikomparasikan dengan persentase tingkat kepuasaan masyarakatnya. (Dalam konteks ini barometernya adalah hasil survei kredible).
Dalam kaidah politik modern tercermin sebagaimana penjelasan di atas, segala sesuatu diukur berdasarkan kajian ilmiah yaitu survei. Ilmuan Politik Universitas Harvard, Amerika Serikat Samuel Phillips Huntington, secara umum menggambarkan tolok ukur keberhasilan seorang pemimpin adalah, apabila dia bisa membuat damai, sejahtera, makmur, aman dan sentosa pada apa yang dipimpinnya.
Dalam pandangan yang lain, indikator keberhasilan seorang pemimpin; ketika dia mampu menggambarkan mimpi menjadi visi yang jelas gambarannya ke masa depan tujuan yang akan diraih.
Dia menjadi inspirator dalam mendorong masyarakat ke tujuan dan visi itu dengan motivasi yang menggerakkan.
Dia mampu menyatukan rakyatnya yang berbeda dan berwarna dalam satu kesatuan mimpi, gerak dan barisannya. Tanpa ada sekat-sekat dan yang berpotensi menimbulkan interest politik, mengganggu stabilitas sosial di daerahnya.
Dia mampu menjadi leaders untuk mengumpulkan segala potensi dan sumber daya yang ada. Sumber daya manusia, budaya, alam dan teknologi juga organisasi sebagai alat dan wahana pencapaian tujuan.
Secara sederhana, tidak harus pintar dalam segala hal, paham semesta ilmu atau ahli pada berbagai ketrampilan. Namun pintar merasa, mendengar, memperhatikan, menyimak, menangkap, memahami dan bertanya pada yang paham tentang soal-soal yang banyak itu.
Dia bukan tipologi pemimpin yang suka minta dilayani. Tetapi sebaliknya, justru bersikap melayani, berjuang, bekerja secara bahu membahu dengan pembantu-pembantunya dan masyarakat yang digerakkannya tersebut.
Dia juga bukan sosok yang apatis, egois, anti-kritik. Dengan kebesaran jiwanya, salah mengaku salah, keliru mengaku keliru. Bukan demi gengsi dan martabat diri, namun rela memperbaiki, bertanggung jawab, dan berkorban demi kepentingan yang lebih besar.
Pada akhirnya, untuk mendapat penilaian yang objektif kesimpulannya diperlukan kinerja sebuah lembaga yang otoritatif. Berdiri secara independent untuk menghindari klaim sepihak dari yang memimpin maupun yang dipimpin. Namun jika ada orang per orangan mempunyai pandangan sendiri berdasarkan apa yang dirasakan dan dia lihat, merupakan hak prerogatif dia dalam melakukan sebuah penilaian.
Selamat mengakhiri masa jabatan bapak Sukandar-Syahlan, semoga segala dedikasinya selama menjadi Bupati-Wakil Bupati Tebo meninggalkan kesan mendalam di hati masyarakat. Segala kekurangannya dapat diteruskan oleh kepemimpinan selanjutnya.